Buddhist Spirituality and Social Action Buku Baru Phra Paisal Visalo disunting oleh Jonathan S Watts
Buddhist Spirituality and Social Action: The Collected Writing of Phra Paisal Visalo disunting oleh Jonathan S Watts.

Dalam beberapa dekade terakhir, nama Phra Paisal Visalo menjadi salah satu yang paling menonjol dalam perkembangan Socially Engaged Buddhism di Thailand. Beliau bukan hanya bhikkhu yang tekun dalam praktik meditatif, tetapi juga pemikir yang lantang bersuara tentang krisis lingkungan, kekerasan politik, dan reformasi sangha.

Melalui buku Buddhist Spirituality and Social Action—sebuah kompilasi lebih dari empat puluh tulisan yang disunting dengan rapi pada tahun 2025—kita diajak menelusuri keluasan gagasan dan kedalaman spiritualitas yang dihadirkan oleh Phra Paisal. Buku ini tidak hanya memotret perjalanan seorang bhikkhu, tetapi juga menghadirkan peta besar hubungan antara dhamma, kemanusiaan, dan bumi yang kita tinggali bersama.

Seperti biasa, Jonathan S Watts, salah seorang sahabat kita di INEB. Menyunting dengan sangat baik buku ini. Entah sekarang kepalanya masih plontos atau tidak.

Bhikkhu, Aktivis, dan Penjaga Hutan

Perjalanan hidup Phra Paisal, sebagaimana tergambar dalam paruh awal buku, memperlihatkan transformasi dari seorang aktivis mahasiswa menjadi bhikkhu yang memusatkan hidupnya pada mediasi perdamaian dan perlindungan lingkungan.

Sekilas kehidupannya menunjukkan bahwa bagi beliau, Buddhisme bukanlah ajaran yang berdiri di luar realitas sosial. Sebaliknya, dhamma adalah fondasi untuk merawat dunia yang sedang terluka—baik oleh krisis moral, polarisasi politik, maupun kerusakan ekologis. Dhamma tidak berada di ruang hampa, tapi melingkupi seluruh aspek kehidupan di dunia.

Renungan Dhamma yang Membumi

Bagian pertama buku berisi refleksi pendek tentang kehidupan sehari-hari. Phra Paisal menulis tentang kebiasaan, kesadaran, cara kita makan, cara kita bekerja, hingga bagaimana teknologi perlahan membentuk batin manusia. Tulisan-tulisan ini sederhana, tetapi sering kali mengandung kritik halus terhadap gaya hidup modern yang serba terburu-buru. Di sinilah pembaca merasakan ciri khas ajaran Buddhisme Thailand kontemporer: jernih, langsung, dan menyentuh akar persoalan.

Reformasi Buddhis: Membongkar Krisis dari Dalam

Bagian berikutnya menggali masalah internal agama Buddha, terutama di Thailand. Phra Paisal menyoroti bagaimana sangha semakin terpolitisasi, bagaimana dana umat lebih banyak mengalir untuk membangun gedung daripada membina kualitas bhikkhu, serta munculnya kelompok-kelompok Buddhis militan yang mengikis semangat welas asih.

Kritiknya lugas tetapi disampaikan dengan hormat—selalu mengajak pembaca untuk kembali pada esensi Buddhisme: pembebasan dari penderitaan, bukan perebutan kekuasaan.

Ketika Hutan Menjadi Guru Spiritualitas

Beberapa tulisan paling kuat dalam buku ini berbicara tentang alam. Bagi Phra Paisal, hutan bukan hanya latar bagi kehidupan para bhikkhu, tetapi juga ruang pembelajaran spiritual. Ia menuliskan dengan indah bagaimana pepohonan dan sungai mengajarkan kesederhanaan, keheningan, dan saling keterhubungan.

Buku ini juga mengangkat kerja-kerja advokasinya dalam perlindungan hutan—sering kali melibatkan kolaborasi lintas agama dan komunitas lokal—sebagai bagian tak terpisahkan dari praktik dhamma.

Pembangunan yang Berpihak pada Manusia

Dalam bagian tentang pembangunan, Phra Paisal menantang model ekonomi konsumtif. Ia mendorong pendekatan yang lebih manusiawi: komunitas yang kuat, pola hidup sederhana, dan keputusan ekonomi yang tidak merusak bumi.

Tulisan-tulisannya menyiratkan kritik tajam terhadap model pembangunan modern yang sering kali menciptakan penderitaan baru—ketimpangan, alienasi, dan kehancuran ekologi. Penulis jadi ingat ketika beliau menyampaikan materi tentang lingkungan, pada Young Bodhisattva Training lebih dari satu dekade lalu. Pelatihan tersebut diadakan INEB di Thailand, dan terdapat sesi kunjungan lapangan ke berbagai tempat yang inspiratif.

Spiritualitas sebagai Energi Gerakan Sosial

Salah satu pesan utama buku ini adalah bahwa perjuangan sosial membutuhkan energi batin. Aktivisme tanpa spiritualitas akan mudah jatuh pada kebencian; spiritualitas tanpa tindakan justru menjauh dari dunia nyata.

Phra Paisal menekankan bahwa nilai-nilai seperti non-kekerasan, welas asih, dan kesadaran mendalam merupakan fondasi bagi gerakan sosial yang tahan lama dan tidak terjebak dalam permusuhan.

Seni Mendampingi Kematian

Bagian akhir buku membawa pembaca pada tema yang lembut namun penting: pendampingan kematian. Phra Paisal menulis tentang pelayanan spiritual bagi orang yang sedang berada di ambang ajal, meditasi kesadaran kematian, serta prinsip-prinsip yang membantu seseorang meninggal dengan damai.

Tulisan ini menunjukkan sisi paling manusiawi dari praktik Buddhis: menemani seseorang di saat paling rapuhnya.

Buddhisme yang Relevan dan Membebaskan

Buddhist Spirituality and Social Action memperlihatkan bagaimana Buddhisme dapat menjadi sumber kekuatan moral, ekologis, dan sosial. Buku ini mengajak kita melihat dhamma sebagai kekuatan yang hidup—yang bekerja di desa-desa, di hutan, di jalanan saat demonstrasi damai, di ruang perawatan bagi orang yang menjelang meninggal, dan dalam setiap napas kita sendiri.

Dengan gaya yang jernih dan penuh welas asih, Phra Paisal menunjukkan bahwa spiritualitas Buddhis tidak pernah berjarak dari kehidupan sehari-hari. Justru di situlah ia menemukan kekuatannya.

Buat pembaca yang tertarik, Buku dapat diunduh gratis melalui INEB Network.

LEAVE A REPLY