doa makan singkat umat buddha bisa terima kasih atau rahayu yang setara itadakimasu
Doa makan singkat umat Buddha di Indonesia adalah Terima kasih atau Rahayu. Ini setara dengan itadakimasu di Jepang.

Dalam tradisi Buddhis, makan bukan sekadar memuaskan rasa lapar. Ia adalah momen penuh kesadaran—sebuah kesempatan untuk berterima kasih, merenungkan asal-usul makanan, serta menumbuhkan welas asih bagi semua makhluk. Menariknya, dari biara-biara Theravada di Asia Tenggara hingga dapur keluarga di Nusantara, doa makan dalam Buddhisme berkembang dalam bentuk yang berbeda-beda, dari yang panjang dan mendalam hingga yang sangat singkat namun penuh makna.

Perenungan Makan Bhikkhu Theravada

Pada komunitas Theravada, setiap pagi para bhikkhu melakukan piṇḍapāta—berjalan keliling menerima dana makanan dari umat. Setelah menerima dan sebelum makan, para bhikkhu biasanya mengucapkan perenungan makan (paccavekkhaṇa), yang intinya mengingatkan bahwa makanan bukan untuk kesenangan, bukan untuk memperindah tubuh, melainkan untuk menopang hidup dan mendukung praktik Dhamma.

Perenungan ini membantu para bhikkhu menjaga kesadaran, menekan keserakahan, serta memupuk rasa syukur kepada semua pihak yang terlibat dalam keberlangsungan hidup mereka.

Bhiksu Mahayana dan Tantrayana: Syukur dan Dedikasi

Dalam tradisi Mahayana, doa makan sering disebut sebagai “lima perenungan” (wuguan 五觀), terutama dipraktikkan di biara-biara Tiongkok, Korea, dan Jepang. Intinya mencakup: Merenungkan asal-usul makanan dan banyaknya kerja keras yang terlibat. Memeriksa kualitas diri apakah pantas menerimanya. Merenungkan apakah makanan ini dapat membangkitkan keserakahan. Mengingat bahwa makanan adalah obat untuk menjaga tubuh. Terakhir, mendedikasikan energi yang diperoleh untuk mencapai pencerahan demi semua makhluk.

Sementara dalam tradisi Tantrayana (Vajrayana), doa makan sering dipadukan dengan visualisasi, pemberian persembahan (ganachakra), dan aspirasi welas asih bagi seluruh makhluk. Penekanannya tetap sama: makanan adalah berkah yang harus digunakan untuk tujuan luhur.

Umat Awam: Dari Itadakimasu sampai Rahayu

Jika para bhikkhu memiliki perenungan yang panjang dan mendalam, umat awam Buddha justru memiliki versi yang sangat singkat namun tetap sarat makna. Di Jepang misalnya, masyarakat terlepas dari agama, senantiasa mengucapkan “itadakimasu” sebelum makan. Kata ini berarti saya menerima dengan penuh hormat. Menerima apa? menerima kebaikan semua yang menyebabkan makanan itu ada. Mulai orang tua yang bekerja untuk membeli makanan, petani padi, petani garam, peladang merica, dan petani sayur, nelayan, juru masak di restoran, pelayan, hingga abang ojek online yang mengantar ke rumah. Ini sejalan dengan ungkapan sabbe satta bhavantu sukhitattā — berbahagialah semua makhluk.

Bagaimana dengan leluhur Nusantara kita? Sesungguhnya leluhur kita di Nusantara juga telah memiliki ungkapan syukur yang ringkas namun kaya makna. Salah satunya adalah “Rahayu”, yang bermakna doa keselamatan, kedamaian, dan keberkahan. Ungkapan ini dapat menjadi padanan Itadakimasu yang sangat cocok bagi umat Buddha Indonesia.

Bahkan dalam versi bahasa Indonesia pun bisa. Kata “Terima kasih”, dalam konteks doa makan dapat dimaknai sebagai rasa syukur kepada semua makhluk yang telah berperan dalam menghadirkan makanan. Saya terima semua pengorbanan semua yang menyebabkan makanan ini tersedia, dan saya kirimkan kasih untuk semuanya.

Maka, ketika seorang umat Buddha ingin mengucapkan doa makan yang sederhana namun penuh makna: Satukanlah kedua tangan (añjali). Kemudian hadirkan rasa syukur yang tulus. Lalu ucapkan dengan penuh welas asih di dalam hati: “Rahayu.” atau
“Terima kasih.” Dan boleh ditambahkan, berbahagialah semua makhluk”.

Doa yang sangat singkat, namun di dalamnya tersimpan kesadaran, penghormatan, welas asih, dan rasa syukur yang mengalir kepada seluruh makhluk di dunia. Doa makan yang mengingatkan tentang non dualitas, bahwa tidak ada keberadaan yang berdiri sendiri. Semuanya ada karena kesalingketergantungan atau interpendensi. Isi adalah kosong dan kosong adalah isi.@esa

LEAVE A REPLY