Bhutan jadi tuan rumah global peace prayer festival
Bhutan selama ini dikenal karena alamnya yang demikian lestari hingga GNH. Kali ini karena menjadi tuan rumah Global Peace Prayer Festival

Bhutan kembali menarik perhatian dunia — bukan lewat diplomasi atau ekonomi, tetapi lewat kekuatan spiritualnya. Tahun 2025 ini, ibu kota Thimphu menjadi tuan rumah Global Peace Prayer Festival. Perhelatan pertama, sebuah yang akan berlangsung dua minggu. Kegiatan ini digelar sebagai bagian dari perayaan ulang tahun ke-70 Yang Mulia Raja Keempat, Jigme Singye Wangchuck. Sang penggagas konsep Gross National Happiness biasa disingkat GNH.

Festival Doa untuk Perdamaian Global

Acara ini mempertemukan para pemimpin spiritual, bhiksu, dan praktisi dari berbagai negara yang datang dengan satu tujuan: mendoakan kedamaian, welas asih, dan harmoni bagi dunia.

Festival ini bukan sekadar kumpul-kumpul religius. Ada banyak ritual besar yang digelar, seperti Jabzhi Dhoechog, pembacaan mantra Bazaguru, dan Kalachakra Empowerment yang dipimpin langsung oleh Yang Mulia Je Khenpo, tokoh spiritual tertinggi Bhutan.

Salah satu momen bersejarah dalam festival ini adalah penahbisan lebih dari 250 bhiksuni — sebuah langkah besar menuju inklusivitas dan pemberdayaan dalam tradisi Buddhis di kawasan Himalaya.

Sekilas tentang Keberagaman Ajaran Buddha

Buddhisme berakar pada ajaran Siddhartha Gautama, Buddha, yang menekankan welas asih, kesadaran batin, dan pembebasan dari penderitaan. Di perjalanan sejarah, tradisi ini berkembang menjadi tiga aliran besar:

  • Theravada – banyak dianut di Thailand, Sri Lanka dan negara lainnya di Asia Tenggara; fokus pada disiplin dan pencerahan pribadi. Hanya Vietnam yang mayoritas Mahayana.

  • Mahayana – berkembang di Asia Timur; menekankan cita-cita Bodhisattva, yakni mencapai pencerahan demi membantu semua makhluk. Tiongkok, Jepang, dan Korea adalah negara dengan mayoritas pemeluk Buddha Mahayana.

  • Vajrayana – khas kawasan Himalaya seperti Bhutan dan Tibet; dikenal dengan praktik mantra, meditasi mendalam, dan ritual tantra.

Menariknya, ketiga tradisi besar ini hadir bersama dalam festival perdamaian di Bhutan. Momen ini jarang terjadi dan menjadi simbol persatuan spiritual lintas aliran — semua bergabung untuk satu doa: kedamaian bagi dunia.

Kehadiran Pemimpin Dunia dan Oase Ketenangan

Perayaan ini juga dihadiri oleh Perdana Menteri India, Narendra Modi, yang ikut bergabung dalam berbagai rangkaian acara. Kehadirannya memberi sinyal kuat tentang pentingnya hubungan spiritual dan budaya antara India dan Bhutan.

Dengan sejarah spiritual yang kaya, tradisi Buddhis yang hidup, dan komitmen mendalam terhadap kesejahteraan batin, Bhutan sekali lagi menunjukkan bahwa soft power tak selalu berupa ekonomi atau militer — kadang berupa doa, ritual, dan pesan damai yang menggerakkan dunia.

Festival ini bukan hanya perayaan agama, tetapi juga cermin nilai-nilai Bhutan: harmoni, kebahagiaan, dan kedalaman spiritual yang terus menginspirasi banyak orang.

LEAVE A REPLY