Saṅ Hyaṅ Kamahāyānikan final < klik untuk mengunduh file E-BOOK/PDF
Inilah Sang Hyang Kamahayanikan yang kuajarkan kepadamu keluarga Tathagata, Putra Jina, keutamaan Sang Hyang Mahayanalah yang hendak kuajarkan kepadamu. (1)
Sang Guru penulis teks ini mengatakan bahwa sesungguhnya yang hendak diajarkan adalah Mahayana. Ada tiga tema di dalam satu slokha ini: yang pertama motivasi mengajar, yang kedua kualifikasi pendengar ajaran, dan yang ketiga tema ajaran. Sang Hyang Kamahayanikan dalam bahasa Kawi, dalam bahasa Indonesia adalah Mahayana Suci. Teks ini dibuka dengan singkat mengacu pada tiga pengertian: yang pertama adalah motivasi sang Guru mengajarkan Mahayana. Apakah Mahayana? Mahayana adalah jalan besar atau yana besar (maha adalah agung, yana adalah jalan) artinya yang akan diajarkan ini adalah tema Dharma yang memungkinkan untuk membawa kebahagiaan bagi dirinya sendiri juga membawa kebahagiaan bagi orang lain. Ajaran yang memiliki karakteristik seperti itu disebut ajaran Mahayana. Bukan hanya dalam ungkapan kalimatnya saja, tetapi pemahaman yang mengikuti ungkapan kalimat itu. Setelah seseorang mendengarkan ajaran Mahayana akan membawa pengertian-pengertian berupa keinginan untuk membawa kebahagiaan bagi diri sendiri dan keinginan-keinginan secara langsung atau tidak langsung membawa kebahagiaan bagi makhluk lain. Ajaran yang karakteristiknya demikian adalah Mahayana, yang menjadi motivasi dari sang Guru untuk mengajarkan kepada siswanya.
Yang kedua mengenai siswa. Siswa di sini disebut Tathagata Kula dalam bahasa Sanskerta atau keluarga Tathagata dalam bahasa Indonesia. Siapakah keluarga Tathagata? Dalam sutra Mahayana dikatakan bahwa setiap Buddha memiliki Kula, bahasa Sanskerta ini diadopsi ke dalam bahasa Indonesia seperti yang sering kita dengar “Kula Warga”, kula artinya keluarga, warga artinya anggota. Jadi kata Kula Warga dalam bahasa Indonesia sebetulnya bersumber dari bahasa Sanskerta. Tathagata Kula adalah keluarga Tathagata. Oleh karena Tathagata memiliki kualifikasi tertentu yaitu makhluk samsara yang telah bangun, yang disebut sebagai Buddha, yang mencapai pencerahan atas daya upayanya sendiri, yang mencapai realisasi itu ketika tidak ada Pratyeka dan Sravaka, itulah seorang Tathagata. Tathagata tidak memiliki ayah dan tidak memiliki ibu karena ayah dari para Tathagata dikatakan adalah para Jina; sementara ibu dari para Tathagata adalah Prajnaparamita. Jadi ayah-ibu para Tathagata adalah predikat spiritual yang terdapat di Mahayana yang disebut sebagai Paramita. Walaupun seorang Tathagata seperti itu keadaannya, ada orang yang kemudian akan menjadi Tathagata juga, orang-orang tersebut disebut (dalam kalimat berikutnya yaitu) Putra Jina, dalam bahasa Sanskrit namanya Jinaputra. Mengapa Jinaputra? Karena ia nanti akan menjadi Jina juga. Siswa memiliki kualifikasi telah mengembangkan aspirasi untuk menjadi Buddha, untuk menjadi Jina, untuk menjadi Tathagata.
Lalu yang ketiga: Keutamaan Sang Hyang Mahayanalah yang hendak kuajarkan kepadamu. Ini mengenai kualifikasi ajaran. Jadi motivasinya Mahayana, siswanya beraspirasi Mahayana, lalu yang diajarkan adalah ajaran Mahayana yaitu keunggulan Mahayana dan keluhuran Mahayana. Bilamana melalui proses ini yaitu guru yang bermotivasi Mahayana, siswa yang bermotivasi Mahayana, lalu Dharma yang juga Mahayana; maka akan menghasilkan realisasi Mahayana.
Sang Hyang Kamahayanikan adalah semacam transkripsi dari sebuah pengajaran lisan guru di suatu tempat pada zaman dahulu di abad kesembilan, yang kemudian ditulis oleh siswa yang mendengarkannya sehingga pada bagian tertentu ada ungkapan permohonan ajaran dan ada ajaran-ajaran yang menjelaskannya.
____________________
Oleh: UP. Surya Mahendra